Metodologi Menghafal Al-Qur’an

Written on 4:14 AM by Faiz Husaini




Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an sangat indah ketika di baca dan didengarkan oleh telinga, sangat agung dan bagus tatkala di lihat dari keindahan linguistiknya, begitu juga tatkala di tadabburi kandungan maknanya dan lebih indah lagi takala manusia mampu memahami dan mengamalkannya.

Merupakan kemu’jizatan Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an selalu akan terjaga keotentikannya sampai hari kiyamat dan salah satu sebab terjaganya Al-Qur’an adalah dengan banyaknya orang yang hafal Al-Qur’an dari generasi ke generasi dan hal ini tidak akan kita jumpai di agama-agama yang lain seperti Kristen, hindu, budha dll, yang mana pemeluknya banyak yang hafal kitab sucinya. Ketika kita melihat dari sisi historisnya bahwa cara turunya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan cara musyafahah melalui perantara malaikat Jibril yang membutuhkan waktu sekitar 23 tahun, Sehingga jelas bahwa Nabi juga menggunakan metode hafalan dalam menjaga Al-Qur’an dan cara seperti itu juga di lakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’u al tabi’in dan generasi selanjutnya sampai sekarang. Jika kita perhatika sebenarnya metode menghafal dalam dunia pendidikan sangat membantu para pelajar dalam menekuni suatu disiplin ilmu, buktinya dalam sejarah banyak kita menjumpai para ulama yang sukses di zaman dahulu yang sangat mengandalkan kekuatan hafalan dalam menekuni suatu disiplin ilmu.
Metode menghafal memang sangat di yakini oleh banyak orang dari abad yang lampau sampai saat ini, khususnya di kalangan orang-orang arab yang memang sangat terkenal dengan kekuatan hafalannya, sehingga tidak heran jika di Universitas tercinta kita Al Azhar juga kental dengan metode hafalan dalam cara mendidik mahasiswanya. Namun di abad modern di negara-negara barat justru lebih banyak mengapilikasiakan metode penalaran dalam penguasaan suatu disiplin ilmu, sebenarnya dua metode ini tidak saling kontradiksi karena keduanya bisa saling melengkapi. Dalam kondisi tertentu adakalnya memang suatu hal itu harus di hafal dan adakalanya juga suatu hal itu cukup di nalar, satu contoh 1+1 = 2, tanpa di hafalpun sudah pasti jawaban satu di tambah satu sama dengan dua . Namun dalam contoh lain ketika kita membaca Al-Qur’an bi al shodr ( hafalan ) maka kita tidak boleh mengira-ngirakan, karena ketika kita tidak hafal sebaiknya membaca dengan mata penglihatan kita. Begitu juga dalam ilmu kedokteran seseorang calon dokter harus mampu menghafalkan macam-macam obat, jenis-jenis penyakit dan cara penyembuhannya. Pernah menjadi pengalaman saya waktu sedang berbincang-bincang dengan seorang dokter di Indonesia, ia menyarankan saya untuk melanjutkan kuliah di fak. Kedokteran dengan alasan ia memandang saya memiliki kelebihan dalam hafalan dan ia menambahkan bahwa di kedokteran metode hafalan sangat penting dan butuhkan. Jadi jelas bahwa metodologi menghafal Al-Qur’an adalah suatu metode yang di wariskan Rosulullah SAW kepada umatNya, karena metode ini sangat membantu seseorang untuk bisa memahami dan mendalami isi kandungan Al-Qur’an.

Macam-Macam Metode Menghafal Al-Quran

Menghafal Al-Qur’an adalah sebuah upaya untuk memudahkan seseorang di dalam memahami dan mengingat isi-isi Al-Qur’an dan untuk menjaga keotentikannya serta menjadi sebuah amal saleh, tentunya dalam hal ini perlu metode yang tepat sehingga file hafalan yang di save di dalam otak manusia bisa tersimpan dengan bagus sehingga hafalannya sangat kuat. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan metode-metode yang perlu di laksanakan oleh seseoarang yang akan atau sedang menghafal Al-Qur’an, di antaranya adalah sebagai berikut:

A. Metode Pemahaman Pra Menghafal

Metode ini sebenarnya sangat efektif dan bagus namun sulit di terapkan di usia dini ( sebelum baligh ), karena untuk bisa pada tingkatan mampu memahami Al-Qur’an membutuhkan waktu yang lama. Metode ini juga akan sangat membantu seseorang di dalam menyelesaikan target hafalannya, karena seseorang yang telah paham dengan isi ayat, maka ia akan lebih cepat menghafalkannya dan sangat membantu menguatkan hafalan. Sehingga tidak heran jika orang arab bisa leih cepat ketika menghafal Al-Qur’an di banding dengan orang asing, karena mereka di bantu dengan kemapuan bahasa mereka sendiri yaitu bahasa arab. Maka untuk menggunakan metode ini orang asing ( ‘ajam ) harus mempelajari bahasa arab dulu sebagai perangkat untuk bisa memahami Al-Qur’an sebelum ia menghafal Al-Qur’an.

B. Metode Tasmi’

Cara ini juga bisa di lakukan sebagai proses menghafal Al-Qur’an, dan metode semacam ini biasanya sering di pakai oleh orang buta yang sedang menghafalkan Al-Qur’an dan juga anak kecil yang belum lancar atau belum bisa membaca Al-Qur’an namun sudah mulai di latih oleh pembimbingnya untuk menghafal Al-Qur’an. Metode ini bisa di lakukan dengan berbagai macam cara, bisa langsung mendengarkan dari guru atau kaset. Sebenarnya metode ini juga sudah di ajarkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 18. Yang artinya “Apabila kami telah selesai membacakannya (Al-Qur’an) maka ikutilah bacaannya itu.”

C. Metode Menulis Pra Menghafal

Metode menulis yang di maksud disini adalah metode menghafal Al-Qur’an yang di awali dengan menulis ayat-ayat yang akan di hafal terlebih dahulu, seperti hal nya kebiasaan mahasiswa Al Azhar yang menghafalkan isi muqorror lewat talkhisan yang ditulis oleh sendiri. Metode ini masih ada sampai sekarang dan pernah penulis jumpai di Negara Maroko. Memnag apa yang kita tulis kemudian di hafal maka akan menjadikan kekuatan hafalan akan lebih kuat.

D. Metode Talaqqi dan tardîd

Metode ini yang lebih sering di pakai orang untuk menghafal Al-Qur’an, karena metode ini mencakup dua faktor yang sangat menentukan yaitu adanya kerjasama yang maksimal antara guru dan murid. Dan metode tardid/mengulang-ulang adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam proses menghafalkan Al-Qur’an.

Dari beberapa metode yang sudah saya petakan dan jelaskan diatas maka metode-metode itu akan lebih maksimal jika di dukung oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Niat Ikhlas, kenapa kita perlu niat ikhlas di dalam menghafal Al-Qur’an? Karena menghafal Al-Qur’an adalah sebuah ibadah dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah, sehingga harus di dasari niat yang ikhlas. Tanpa niat itu maka tidak akan menjadi amal solih yang bermanfaat di akhirat. Bahkan niat yang ikhlas adalah suatu hal yang terpenting di dalam melaksanaan segala ibadah.

2. Memiliki cita-cita yang tinggi untuk menjadi penghafal Al-Quran, dengan adanya cita-cita maka seseorang akan sangat semangat di dalam menempuh cita-citanya walau harus menghadapi rintangan yang berlika-liku. Ketika kita melihat mushafh Al-Qur’an terasa begitu banyaknya ayat dan surat yang terasa sulit untuk di hafal, namun dengan kegigihan dan kerja keras seseorang yang sebelumnya kelihatan banyak maka akan tersa sedikit dan yang sebelumnya sulit akan tersa mudah. Dalam sebuah pepatah di katakan: . من جد و جد

3. Memiliki cinta yang mendalam terhadap Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalam yang maha kuasa, tatkala seseorang sudah fall in love to the Al-Qur’an, maka ia akan rela mengorbankan waktu, harta, tenaga dan fikiran demi untuk bercinta dengan Al-Qur’an. Pada hakekatnya mencintai Al-Qur’an adalah mencintai Allah, karena Dia lah yang membuat dan memiliki kalam itu.

4. Adanya pembimbing/guru yang menjadi kerektor dalam bacaan dan hafalan, jadi dalam proses menghafal Al-Quran peran seorang guru sangat di butuhkan, karena fungsinya di samping sebagai seorang korektor juga sebagai seorang motivator. Jika kita mengingat di masa Rosûllullâh para sahabat memposisikan Rosul sebagai guru didalam menghafal Al-Qur’an, memahaminya serta mengamalkannnya.

5. Adanya kesinambungan di dalam proses menghafal Al-Qur’an ( istiqomah ). Hal ini sangat penting karena dengan istiqomah ini yang akan menjadikan proses menghafal akan lebih cepat selesai/ sesuai target yang di inginkan. Ada suatu hal yang termasuk rahasia yang tersirat di dalam s. Al ‘alaq ayat 1-5, yangmana ini adalah surat dan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan pada Rosûl. Syeh Abu Al fida’ Muhammad ‘izzat Muhammad ‘arif mengatakan dalam kitabnya Kaifa Tahfadzu Al-Qur’an ? bilangan lima di dalam surat itu bisa di kembangkan menjadi 5 ayat x 5 hari x 4 minngu x 12 bulan = 1200, jadi seseorang dengan cukup menghafalkan 5 ayat setiap hari, maka dalam 1 tahun ia bisa hafal 1200 ayat, dan bisa menyelesaikan hafalannya dalam waktu sekitar 5 tahun dua bulan lebih sepuluh hari. Jadi jika seorang anak kecil yang berumur lima tahun bisa menyelesaikan hafalannya ketika umur sepuluh tahun. Ini salah satu contoh betapa sangat mengandung makna dalam yaitu betapa berartinya ketika suatu hal yang sedikit yang terus dikumpulkan maka lama kelamaan akan menjadi banyak. Namun bisa saja sebenrany adengan hitungan lain, seperti seseorang yang mampu menghafal setiap hari satu halaman, maka di dalam sebulan ia akan menyelesaikan 1 juz dari Al-Qur’an, sehingga untuk menyelesaikan 30 juz hanya butuh waktu maksimal 3 tahun. Intinya semakin banyak produksi hafalan kita perhari maka akan semakin lebih cepat menyelesaikan progaran menghafal Al-Qur’an.

6. Harus memiliki kesabaran, kesabaran adalah termasuk kunci kesuksesan di dalam meraih segala cita-cita, kebaran adalah cahaya " ا لصبر ضيا ء. Ingatlah bahwa manusia hanya makhluk yang di karuniai kemapuan yang sangat terbatas dan sangat lemah sebagaimana di sebutkan dalam Al-Qur'an pada s. Al Nisa' ayat 28 : و خلق ا لا نسا ن ضعيفا , sehingga tidak semestinya kita langsung berputus asa tatkala sedang berusaha menghafal Al-Qur’an kemudian sering menghadapi banyak cobaan seperti lupa, sakit, cobaan yang menimpa keluarga dll.

7. Menggunakan satu mushhaf untuk menghafal Al-Qura’an, hal ini bertujuan untuk memudahkan kita mengingat tempat atau posisi ayat yang kita hafal dalam suatu muhfhaf, kalau di Indonesia sering ada istilah muhfhaf kudus/ mushhaf pojok ( mushaf cetakan kota kudus ) yang mana di setiap pojokan halaman adalah akhir ayat, begitu juga dengan mushhaf cetakan Madinah. Ada hal yang bisa membuat rumit bagi para penghafal karena sering pindah-pindah di dalam memakai mushaf ketika proses menghafal Al-Qur’an.

8. Membiasakan wirid harian dengan Al-Qur’an, sehingga bisa mengkhatamkan Al-Qur’an didalam seminggu sekali atau dua minggu sekali atau sebulan sekali. Proses inilah yang dalam dunia hafalan Al-Qur’an sering di sebut muroja’ah ( mengulang-ulang hafalan supaya tidak lupa ) dan sebaik-baik muroja’ah adalah ketika solat, kenapa? Karena membaca ketika solat disamping pahalanya lebih banyak juga tingkat konsentrasinya lebih tinggi di banding dengan membaca di luar solat, sehingga hal ini yang menyebabkan hafalan seseorang akan lebih kuat. Bahkan menurut pengamatan saya bahwa inti dari menghafal Al-Qur’an adalah pada muroja’ahnya.

9. Membiasakan menjaga wudlu sehari-hari, selain menjaga kondisi kita dari hadats, maka dengan dawamulwudku’ bisa menambah motivasi kita di dalam memperbanyak menghafal Al-Qur’an. Jadi kondisi badan yang suci dari hadast biasanya lebih energik untuk melakukan segala aktifitas.

10. Membiasakan untuk melaksanakan solat sunat hajat dua roka’at sebelum menghafal Al-Qur’an. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad menyuruh umatnya untuk berwudlu dengan sempurna dan melaksanakan dua roka’at soalat hajat ketika kita sedang memiliki suatu maksud dan di llanjutkan dengan doa, niscaya Allah akan mengabulkan doa kita.

11. Mengadakan evaluasi hafalan secara intensif. Hal ini bertujuan untuk mengetaui kwalitas hafalan seseorang dan untuk memperbaikai hal-hal yang terkait dengan hafalan, dalam segi bacaan ataupun kerancauan di dalam hafalan. Evaluasi ini bisa di adakan sebulan sekali/beberapa bulan sekali, intinya semakin sering di adakan evaluasi maka akan menjadikan hafalan semakin bagus. Adapun format evaluasinya bisa berbentuk tamrin ( latihan ) dengan secara syafawi ataupun tulisan.

12. Membiasakan membaca dengan tartil, yaitu membaca dengan menjaga ahkam al qiro’ah nya. Prosese menghafal yang di iringi dengan cara membaca Al-Qur’an dengan tartil maka akan menjadikan hafalan kuat, karena selain lebih konsentrasi juga lebih banyak menggunakan energi.

13. Memperbanyak doa kepada Allah. Doa adalah otaknya ibadah sebagaimana di sebutkan dalam sebuah hadits. Kita semua sadar, apalah arti kerja keras kita dengan memeras otak, keringat, namun kita melupakan hal yang sangat penting juga yaitu memohon kepada yang Maha menentukan Taqdîr.

14. Memilih waktu dan tempat/lingkungan yang tepat yang bisa mendukung proses menghafal Al-Qur’an, seseorang yang sedang menhafal Al-Qur’an harus bisa memilih waktu yang produktif untuk menhafal seperti setelah qiyamullail, di pagi hari sebelum melakukan aktifitas yang lain. Yang terpenting adalah bisa selau konsentrasi dalam kondisi apapun.Waktu yang penulis maksud tidak hanya itu, namun waktu di sini juga berarti usia, usia yang sangat produktif untuk menghafal adalah di kala masih kecil ( sebelum baligh ), sejauh pengamatan penulis bahwa hafalan yang diproses di waktu uisia anak-anak maka akan lebih kuat. Sebagaimana di katakana dalam sebuah pepatah ”belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu dan beljar di usia tua bagai melukis di atas air “. Dan lingkungan juga sangat mendukung proses menghafal Al-Qur’an, Karena secara psikologi manusia mudah terbawa oleh kondisi lingkungan di mana ia hidup. Ketika seseorang yang sedang menghafal Al-Qur’an bisa sering bergabung dengan komunitas yang bisa membawa dia lebih termotifasi maka hal itu akan sangat membantu proses menghafal kitab suci Al-Qur’an.

15. Membiasakan untuk sering ikut majlis Al-Qur’an yang mana di Mesir biasa di sebut dengan istilah maqrûah, yaitu saling bergantian membaca dan mendengarkan Al-Qur’an, cara seperti ini akan sangat bermanfaat bagi seseorang yang sdang menghafal Al-Qur’an, karena akan ada salimg koreksi dalam hafalan maupun di dalam segi bacaan.

Manfaat Menghafal Al-Qur’an

Banyak sekali manfaat menhafal Al-Qur’an, disini penulis akan menyebutkan beberapa hal saja, di antarnya:

• Mempermudah seseorang untuk memasuki marhalah selanjutnya yaitu memahami isi kandungannya, orang yang hafal Al-Qur’an akan merasa lebih mudah di dalam mengingat-ingat isi kandungannya. Jadi orang yang telah hafal Al-Qur’an akan lebih penasaran untuk menggali lebih dalam ketimbang orang yang tidak menghafalkannya, otaknya akan semakin terangsang untuk bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar hafal.

• Memudahkan seseorang untuk berdzikir pada Allah, karena orang yang hafal Al-Qur’an tidak terlalu bergantung pada mushaf ketika akan membacanya, sehingga bisa sambil jalan , berbaring dan lain sebagainya dalam membaca Al-Qur’an.


• Menambah rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Sudah jelas bahwa perjuangan seseorang yang menghafal Al-Qur’an jauh lebih berat dari pada perjuangan orang yang hanya berusaha untuk bisa membaca Al-Qur’an. Ketika rasa cinta kita terhadap Al-Qur’an semakin dalam maka rasa cinta kita kepada Allah dan Rosulnya juga akan semakin dalam juga.

Suatu metode sangat di butuhkan di dalam menekuni segala disipilin ilmu, sehingga dalam masalah yang terkait dengan menghafal Al-Qur’an juga perlu adanya metodologi menghafalkannya, agar para menghafal bisa menyelesaikan hafalan dengan waktu yang cepat atau sesuai dengan target dan bisa terbentuk suatu hafalan yang bagus, tentunya hal ini bisa terwujud dengan kedisiplinan dan komitmen seseorang dengan waktu dan konsep yang telah ada.

Menghafal Al-Qura’an adalah marhalah setelah mampu membaca dan perlu kita sadari bersama bahwa tingkatan menghafal adalah belum finish, walau kadang ada fenomena yang muncul di sebagian masyarakat kita bahwa kalau sudah hafal Al-Qur’an berarti sudah segalanya, dengan hanya bisa hafal belumlah cukup, karena kita tidak hanya di tuntuk sekedar bisa membaca dan hafal Al-Qur’an, tetapi lebih dari pada itu kita dituntut juga untuk bisa memahami dan mengamalkan isinya dalam kehidupan ini. Namun demikian peran menghafal Al-Qur’an sanagt penting untuk menjadi motivasi menuju pada tahapan-tahapan berikutnya. Wallahu a’lam bi al-Showâb.

Kairo, 16 September 2008/ 16 Ramadhan 1429.

If you enjoyed this post Subscribe to our feed

No Comment

Post a Comment